Rabu, 14 November 2018

Pengalaman Bersama Anak Super Aktif


Untuk ketiga kalinya Ade luka yang memerlukan jahitan. Ceritanya hari selasa sore saya sedang masak di dapur, sedangkan hape dalam keadaan lowbat dan dicas di kamar tidur. Sementara suami pulang cepat dari kantor karena tidak enak badan sedang dipijit oleh terapis di kamar tidur tamu.
Begitu selesai masak saya rebahan sambil buka hape. Saya langsung terperanjat begitu melihat notifikasi dari Ibu Kepala Madrasah yang mengabarkan kalau Ade sekarang sedang ditangani dokter karena kulit di bagian kakinya sobek dan  harus dijahit.
Ade sekarang duduk di kelas 3 madrasah ibtidaiyah. Pulang-pergi sekolah menggunakan mobil jemputan. Konon katanya, luka Ade akibat tergores besi pintu jemputan. Persisnya saya tidak tahu dan tidak terlalu ingin tahu lebih detailnya. Saya sangat tahu betul karakter super aktif Ade. Bagi saya yang penting Ade sudah mendapatkan perawatan dan kini baik-baik saja. Tanpa menunggu lama saya dan suami langsung berangkat menuju sekolah Ade. Kebetulan sekolahnya Ade memiliki klinik dengan dokter jaga.
Sampai di klinik, proses penjahitan sudah selesai. Kaki Ade mendapat 9 jahitan. Ade sudah terlihat ceria lagi meski saya melihat wajah lelahnya, mungkin karena kaget dan sakit saat proses pengobatan. Pulangnya kami dibekali obat antibiotik sirup yang harus diminum 3 x 2 sendok obat dan paracetamol sirup yang harus diminum 3 x 1 sendok obat. Dokter berpesan supaya lukanya tidak terkena air dan harus kontrol kembali 3 hari kemudian.
Memiliki anak seperti Ade bagi saya banyak sport jantungnya. Dari semenjak bayi dia terlihat aktif. Beberapa kali jatuh dari tempat tidur. Awalnya suami sempat menyalahkan seakan-akan saya tidak berpengalaman menjaga anak. Padahal di atas Ade ada 5 anak yang pernah saya rawat dengan tangan saya sendiri. Ketika Ade semakin besar, nyatalah terlihat kalau Ade berbeda karakter dengan 5 kakak-kakaknya. Mungkin ada ya, satu anak yang cukup aktif selain Ade, namun mungkin karena perempuan, aktifnya lebih teredam tidak se-“frontal” Ade.
Memasuki usia balita, Ade pernah mengalami beberapa kejadian seperti jatuh menggelinding di tangga, kakinya terkena kaca, jatuh terjungkal dari kursi, dan lain-lain. Kakinya selalu dihiasi warna biru-biru memar. Lututnya kerap penuh koreng. Kuku-kuku jari kakinya menghitam dan sering terkelupas. Dulu saya suka heran. Mungkinkah Tuhan menciptakan setelan ‘speed’ Ade kecepetan? Dia selalu melakukan apa pun dengan berlari, meloncat dan gerakan cepat lainnya. Misalnya, ketika baru saja Ade bilang ingin minum. Begitu saya memberikan perhatian, yang terjadi adalah Ade sedang memanjat rak piring untuk mengambil gelas. Dan itu kejadiannya cepat sekali.
Terus, jangan disangka yang mendapatkan luka itu hanya Ade. Orang-orang di sekelilingnya pun sering terkena dampaknya. Suatu kali, saya pernah tiduran. Dalam keadaan terpejam, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam pelipis kiri saya dekat ke  mata. Saat itu juga Ade menjerit kesakitan. Olala, yang terjadi adalah ternyata Ade menjatuhkan kepala belakangnya ke pelipis saya. Ade kesakitan dan tentu saja saya juga. Rasanya seperti banyak bintang di kegelapan hahaha... Tidak lama kemudian mata saya membengkak hingga sebesar telur ayam. Badan saya pun terasa meriang. Teteh, anak saya yang paling besar segera menelepon ayahnya di kantor supaya cepat pulang dan membawa saya ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Demikian pula tetangga dan teman-temannya. Mereka jadi ngeri dekat-dekat Ade. Ade itu, jika ingin sampai ke satu tujuan, dia tidak pernah memikirkan ada apa tepat di depannya atau di samping kanan kirinya. Fokusnya hanya ke tujuan. Dia lari secepat mungkin ke tempat yang dituju, tidak peduli tangannya menyenggol orang lain, badannya terantuk benda-benda di sekelilingnya dan kakinya terpeleset. Dia akan bangun lagi tanpa merasa kesakitan untuk melanjutkan tujuannya. Baru, setelah “korbannya” protes, dia akan berhenti dan tercengang. Ade sebetulnya lembut hatinya. Begitu mengetahui ada orang yang tersakiti akibat perbuatannya, dia segera bersimpati dan malah lupa pada tujuannya. Ade akan mendekati orang yang tersakitinya itu untuk meminta maaf dan berusaha menolong meringankan sakitnya seperti mengusap-usap bagian yang sakit.
Beberapa orang tua yang pernah jadi “korban” Ade, sikap Ade itu malah menimbulkan simpati dan malah jadi ada kedekatan hati. Karena Ade itu anaknya senang berdialog. Ketika orang tua itu  menegur Ade, biasanya Ade langsung menerima kesalahannya dan mengungkapkan permintaan maaf serta berjanji tidak akan mengulangi. Tapi ada beberapa orang tua yang anaknya pernah jadi “korban”, alhamdulillah belum pernah sampai fatal,  paling tersenggol atau hampir tersenggol, itu wah marahnya bukan main. Mungkin orang tuanya kaget dan khawatir anak yang selama ini disayang-sayang kok hampir saja mendapat celaka. Ya, saya sangat memaklumi akan hal itu. Sedangkan untuk teman-teman sepantarannya, mereka biasanya protes tapi kemudian bermain lagi. Walaupun mereka terlihat lebih waspada ketika tahu Ade mendekati mereka. Sepertinya insting teman-teman Ade sudah mengenali, mereka harus refleks menghindar saat Ade melakukan gerakan tiba-tiba.
Mengenai karakter Ade yang mungkin beresiko bagi dirinya dan orang lain, tentu saya tidak membiarkannya. Saya dan gurunya di sekolah bekerja sama untuk selalu mengingatkan Ade supaya lebih  mengontrol gerakan-gerakan tubuhnya. Pada dasarnya Ade itu anak yang sangat bersemangat dan energinya luar biasa. Eh, padahal Ade gak makan nasi lho (kapan-kapan saya cerita yang ini ya). Dia semangat dalam berbagai hal termasuk belajar. Dia berani dan hampir tidak ada rasa takut. Dia pun pandai bergaul. Dia tidak betah tinggal di satu tempat. Dia akan merasa lebih capek terkurung di dalam mobil, ketimbang berlari keliling lapangan sepak bola. Di lingkungan rumah, teman-temannya banyak. Kalau hari libur, banyak teman-temannya yang mengajak main keluar. Ade tuh sering sekali baru saja pulang main dan masuk ke rumah, eh teman lainnya sudah memanggil kembali untuk keluar.
Ade di masa balita

Saya pernah mencoba menyalurkan energi Ade ke klub taekwondo di dekat rumah. Sayangnya sekarang klubnya pindah dan lumayan jauh dari rumah. Saya memutuskan untuk menghentikan  karena latihannya malam hari. Padahal Ade sekolahnya full day. Jadi, rasanya kasihan sekali kalau harinya terkuras dengan berbagai aktivitas di luar. Biarlah bermain-main saja bersama kakak-kakaknya di rumah.
Menghadapi beberapa anak dengan berbagai karakter membuat saya memahami bahwa karakter itu dianugerahkan Allah kepada setiap manusia sepaket dengan peluang sekaligus resikonya. Saya katakan peluang karena bisa tidak menjadi potensi jika kita tidak memanfaatkannya. Dengan karakter Ade yang aktif, Ade berpeluang mempelajari banyak hal dalam hidupnya dengan bergaul, belajar, mengalami masalah dan lain-lain. Hal itu akan terekam dalam dirinya dan menjadi potensi yang akan menjadi bekal di kehidupannya yang akan datang.
Sebagai orang tua, saya selalu takjub melihat ciptaan yang Maha Kuasa berupa karakter yang berbeda-beda pada setiap anak saya. Saya melihat potensi-potensi besar di dalamnya. Potensi yang apabila terpelihara, tumbuh dengan baik dan diarahkan pada hal yang tepat pasti akan menghasilkan karya yang hebat di kemudian hari. Mengingat hal itu, saya bertekad supaya dapat menjaganya sehingga tidak patah atau hilang. Namun di satu sisi, saya pun harus siap menyaksikan resiko-resiko yang mungkin terjadi dari potensi itu. Oleh karenanya menjadi tugas orang tualah untuk mengawal supaya potensi itu tidak salah arah atau membahayakan secara fatal.
Saya bersyukur kepada Allah yang telah menanamkan rasa kasih sayang pada diri seorang ibu  kepada anaknya. Karena itu merupakan anugerah dan nikmat yang luar biasa. Saya hanya bermohon kepada Allah supaya senantiasa menjaga anak-anak saya dari berbagai kecelakaan dan kejahatan serta saya diberi kesabaran dan kekuatan dalam menjalankan tugas-tugas sebagai seorang Ibu.

4 komentar:

  1. Aku bacanya sambil deg-deg-an juga mbak, melihat polah ade yang sangat aktif tersebut. Semoga mbak sekeluarga diberikan kekuatan dan kesehatan yang berlimpah ya mbak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...terima kasih, Mba. Mungkin karena saya relatif terbiasa, kadang orang lain lebih kaget sementara saya lempeng saja hehe...

      Hapus
  2. Sangat menginspirasi kesabaran dan kepekaan seorang ibu terhadap karakter setiap anaknya sangat berpengaruh

    BalasHapus

Terima kasih sudah meninggalkan jejak :)