Minggu, 23 Oktober 2016

Nasihat Tentang Hari Raya



Hari Raya, momen berkumpul bersama keluarga

Tok! Tok! Tok!

"Jangan tidur lagi. Ibu sudah belanja. Kita masak dari sekarang!"

"Gak mau! Ngantuk! Badan pegel!"

Ibu menghela nafas, kembali ke dapur dan memilih mengerjakan semua pekerjaannya sendirian. Setelah pagi beres-beres, sapu lantai, cuci perabotan dan belanja, kini cangkang ketupat menunggu diisi, kentang dan daging ayam pun menunggu diolah.

Ingatan Ibu melayang ke masa berpuluh tahun lalu. Saat hari-hari menjelang hari raya begitu melelahkan. Suruhan nenek kalian sangat tidak bisa ditolak. Rasanya hal yang tidak mungkin menolak suruhan beliau mulai dari mengupas kentang dan wortel, memarut kelapa, menumbuk merica dan ketumbar, mengulek bawang dan cabai, mengaduk gulai sampai akhirnya mengantar seluruh hidangan ke minimal 30 rumah di sekeliling dengan menggunakan tampah. Padahal sedang berpuasa. Hadeuh... lemesnya bukan main!

Saat itu Ibu berpikir, kenapa sih mesti ada hari raya? Capek tau!
Walaupun... ya! Pada akhirnya capek itu hilang begitu saja, tergantikan dengan kegembiraan hari raya di keesokan harinya. Makan lontong kari, makan kue-kue, jajan, dikasih THR sama om dan tante, kumpul dengan sepupu atau berpiknik.

Antri dibagi THR
Itu pikiran masa kanak-kanak Ibu. Ibu tidak memahami bahwa kebahagiaan di hari raya diawali dengan perjuangan di hari sebelumnya. Seandainya Ibu memahami hal itu, tentu Ibu dapat merasakan kelezatan hari raya dengan seutuhnya. Dan itu yang ingin Ibu pahamkan pada kalian, anak-anakku.

Hari raya adalah momen saat kita mengenang sebuah perjuangan. Tak akan kita memaknai hari raya dengan dalam jika kita tidak terlibat dalam perjuangannya. Karenanya di setiap menjelang hari raya, ibu ingin kalian berbuat sesuatu, Sayangku. Berbuatlah sesuatu yang kamu mengerahkan daya kemampuanmu hingga diujungnya kamu mencicipi buah manis dari apa yang kamu perbuat.

Kamu harus tahu, Anakku. Allah memuliakan sebuah hari dan menetapkan hari raya kepada umat Islam dan umat-umat sebelumnya supaya manusia bisa mengambil hikmah dari perjuangan orang-orang besar. Atas izin dan pertolongan Allah, orang-orang besar itu mampu menunjukkan prestasi dalam rangka pengabdian kepada-Nya.

Ya. Untuk itu Allah membuatnya. Dia membuat hari raya. Karena Allah Mahatahu, dengan cara itulah manusia senantiasa diingatkan. Senantiasa dibangkitkan esensi nilai yang terkandung, melalui sebuah perayaan. Allah sendiri tidak membutuhkan hari raya. Kita, manusia yang membutuhkannya. Jadi, kerjakanlah dengan suka cita dan nikmatilah hari raya, Anakku. Di dalamnya pasti banyak kebaikan untukmu.

Terbukti, kalian selalu mengenang kegembiraannya, bukan? Tapi jangan hanya kegembiraan, tapi juga perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah meninggalkan jejak :)