Hari Raya, momen berkumpul bersama keluarga |
Tok! Tok! Tok!
"Jangan tidur lagi. Ibu sudah belanja. Kita
masak dari sekarang!"
Ibu menghela nafas, kembali ke dapur dan memilih
mengerjakan semua pekerjaannya sendirian. Setelah pagi beres-beres, sapu
lantai, cuci perabotan dan belanja, kini cangkang ketupat menunggu diisi,
kentang dan daging ayam pun menunggu diolah.
Ingatan Ibu melayang ke masa berpuluh tahun lalu.
Saat hari-hari menjelang hari raya begitu melelahkan. Suruhan nenek kalian sangat tidak bisa ditolak. Rasanya hal yang tidak
mungkin menolak suruhan beliau mulai dari mengupas kentang dan wortel, memarut
kelapa, menumbuk merica dan ketumbar, mengulek bawang dan cabai, mengaduk gulai
sampai akhirnya mengantar seluruh hidangan ke minimal 30 rumah di sekeliling
dengan menggunakan tampah. Padahal sedang berpuasa. Hadeuh... lemesnya bukan
main!
Saat itu Ibu berpikir,
kenapa sih mesti ada hari raya? Capek tau!
Walaupun... ya! Pada akhirnya capek itu hilang begitu saja, tergantikan dengan kegembiraan hari raya di keesokan harinya. Makan lontong kari, makan kue-kue, jajan, dikasih THR sama om dan tante, kumpul dengan sepupu atau berpiknik.
Walaupun... ya! Pada akhirnya capek itu hilang begitu saja, tergantikan dengan kegembiraan hari raya di keesokan harinya. Makan lontong kari, makan kue-kue, jajan, dikasih THR sama om dan tante, kumpul dengan sepupu atau berpiknik.
Antri dibagi THR |
Itu pikiran masa
kanak-kanak Ibu. Ibu tidak memahami bahwa kebahagiaan di hari raya diawali
dengan perjuangan di hari sebelumnya. Seandainya Ibu memahami hal itu, tentu
Ibu dapat merasakan kelezatan hari raya dengan seutuhnya. Dan itu yang ingin
Ibu pahamkan pada kalian, anak-anakku.
Hari raya adalah momen
saat kita mengenang sebuah perjuangan. Tak akan kita memaknai hari raya dengan dalam
jika kita tidak terlibat dalam perjuangannya. Karenanya di setiap menjelang
hari raya, ibu ingin kalian berbuat sesuatu, Sayangku. Berbuatlah sesuatu yang
kamu mengerahkan daya kemampuanmu hingga diujungnya kamu mencicipi buah manis
dari apa yang kamu perbuat.
Kamu harus tahu,
Anakku. Allah memuliakan sebuah hari dan menetapkan hari raya kepada umat Islam
dan umat-umat sebelumnya supaya manusia bisa mengambil hikmah dari perjuangan
orang-orang besar. Atas izin dan pertolongan Allah, orang-orang besar itu mampu
menunjukkan prestasi dalam rangka pengabdian kepada-Nya.
Ya. Untuk itu Allah
membuatnya. Dia membuat hari raya. Karena Allah Mahatahu, dengan cara itulah
manusia senantiasa diingatkan. Senantiasa dibangkitkan esensi nilai yang
terkandung, melalui sebuah perayaan. Allah sendiri tidak membutuhkan hari raya.
Kita, manusia yang membutuhkannya. Jadi, kerjakanlah dengan suka cita dan
nikmatilah hari raya, Anakku. Di dalamnya pasti banyak kebaikan untukmu.
Terbukti, kalian selalu
mengenang kegembiraannya, bukan? Tapi jangan hanya kegembiraan, tapi juga
perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan jejak :)